Kenaikan Air Laut Akibat Pemanasan Global.

15 Juli 2008
Es di Kutub Utara makin menyusut setiap tahun seperti digambarkan pada perbandingan kondisi musim dingin tahun 2007 dan 2008. (sumber : kompas.com)

Mark Serreze, dari Pusat Data Salju dan Es Nasional (NSIDC) AS, mengatakan musim panas tahun ini diperkirakan ekstrim sehingga dapat menyebabkan lapisan es kutub benar-benar habis. Sejumlah faktor yang mepengaruhi kondisi es kutub utara setahun lalu telah menyebabkan lapisan es di Kutub Utara tahun ini sangat tipis sehingga berisiko saat memasuki musim panas.

Pada September 2007, tebal lapisan es di permukaan perairan Arktik mencapai rekor terendah. Bahkan karena hal tersebut, terusan Utara-Barat yang selama ini beku dan menghubungkan Greenland dan Alaska dapat dilalui kapal. Lapisan es di kawasan tersebut memang menebal kembali saat musim dingin, bahkan pada puncaknya Maret 2008 lebih luas dari cakupan es setahun sebelumnya.

Pecahan es di Perairan Arktik (Sumber : Kompas.com)



Beruang Kutub Kini Kehilangan Habitatnya (Sumber : google search)

Kompas 26 Maret 2006, Lapisan es Antartika di Kutub Selatan kembali mengalami kondisi kritis. Bagian barat benua beku tersebut pecah sehingga bongkah es seluas tujuh kali Kota Manhattan, AS atau sekitar sepertiga luas Jakarta, lepas ke lautan lepas. Bagian yang pecah merupakan tepan beting es Wilkins yang telah terbentuk di Antartika bagian barat sejak ratusan tahun hingga 1500 tahun yang lalu. Citra satelit menunjukkan bongkahan tersebut mulai bergerak sejak 28 Februari 2008.

Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut :
  1. Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir
  2. Perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove
  3. Meluasnya intrusi air laut (intrusi air laut : Berkurangnya luas daratan diakibatkan tergenang air laut)
  4. Ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir
  5. Berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil

Pencaharian warga di DAS Citarum dan juga Bencana Banjir di sekitar DAS citarum

Gangguan terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang terjadi diantaranya adalah :
  1. Gangguan terhadap jaringan jalan lintas dan kereta api di Pantura Jawa dan Timur-Selatan Sumatera
  2. Genangan terhadap permukiman penduduk pada kota-kota pesisir yang berada pada wilayah Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat Daya, dan beberapa spot pesisir di Papua
  3. Hilangnya lahan-lahan budidaya seperti sawah, payau, kolam ikan, dan mangrove seluas 3,4 juta hektar atau setara dengan US$ 11,307 juta ; gambaran ini bahkan menjadi lebih ‘buram’ apabila dikaitkan dengan keberadaan sentra-sentra produksi pangan yang hanya berkisar 4 % saja dari keseluruhan luas wilayah nasional, dan
  4. Penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan, seperti di DAS Citarum, Brantas, dan Saddang yang sangat krusial bagi kelangsungan swasembada pangan di Indonesia.

\\Dikutip Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: