Climate Security

15 Juli 2008

Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per PDB (Pendapatan Domestik Bruto). Semakin efisien suatu negara, maka intensitasnya akan semakin kecil. Intensitas energi Indonesia sekitar empat kali intensitas energi Jepang (Index Jepang=100, Indonesia=400). Angka tersebut juga di atas intensitas energi negara-negara Amerika Utara (sekitar 300), negara-negara OECD (sekitar 200), bahkan Thailand (sekitar 350). Diagram 2 memperlihatkan hubungan intensitas energi dan energi per kapita beberapa negara pada tahun 1998. Silakan tengok diagram di bawah ini.

Tingginya konsumsi energi memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Masih ingat betapa segarnya udara Jakarta pada tahun 1980-an? Kini, udara segar merupakan barang mahal bagi warga Jakarta. Sebuah survei tentang kualitas udara di Jakarta mengungkapkan bahwa penduduk Jakarta tahun 2004 yang lalu hanya bisa menikmati udara sehat selama 20 hari saja dalam satu tahun.

Besarnya konsumsi energi yang terjadi dikota-kota besar (Sumber : www.dannydarussalam.com)

Setiap 1 liter bensin yang terbakar dalam kendaraan bermotor yang kita gunakan, menghasilkan kurang lebih 2,24 kg emisi karbon. Sementara untuk 1 kWh listrik yang kita gunakan, emisinya senilai 800 gr CO2. Selain berbahaya bagi kesehatan, karbon dioksida (CO2) adalah penyebab terbesar dari efek pemanasan global.



Persentase CO2 di beberapa negara yang menyebabkan green house effect


Dampak dari pemanasan global adalah fenomena perubahan iklim. Masih ingat dengan siklus iklim Indonesia? Bila dulu kita mendapatkan pelajaran bahwa Indonesia terdiri dari 6 bulan musim hujan (September – Februari) dan 6 bulan musim kemarau (Maret – Agustus), kini siklus musim hujan/kemarau itu tak lagi bisa dipastikan.

Asap mengepul yang menghasilkan gas CO2 penyebab pemanasan global (Sumber : www.dannydarussalam.com)

Perubahan iklim ini memberikan dampak yang sangat besar bagi Indonesia. Bencana banjir di Jakarta pada tahun 2002 memberikan gambaran bagaimana perubahan iklim telah membuat kehidupan manusia begitu sengsara. Selain menghancurkan rumah, banjir juga membawa dampak sosial lainnya seperti penyebaran penyakit, terganggunya produktifitas, dan lain-lain. Belum lagi akibat-akibat lain seperti gagal panen karena musim yang susah lagi diprediksi. Penyakit-penyakit seperti malaria dan demam berdarah juga diindikasikan sebagai dampak dari perubahan iklim.

Banjir di Jakarta mengganggu transportasi (Sumber : Suara Pembaharuan)


\\Dikutip dari Berbagai Sumber



1 komentar:

Anonim mengatakan...

Pantesan aja bensin naik!!!